Senin, 28 Oktober 2013

Jelaskan peran pemuda dalam membangun negara

Peran pemuda jelas sudah tidak dapat dibantah lagi, apalagi dalam runtutan sejarah bangsa ini. Sejak Zaman kerajaan dahulu, kita sudah mengenal sosok Pangeran Dipenogoro, yang baru berusia 16 tahun telah ikut berperang, kemudian Hayam Wuruk, yang masih belia sudah memimpin Kerajaan Majapahit, hingga masuk abad ke-19, ketika itu kita mengenal momen Kebangkitan Nasional bersamaan didirikannya Budi Utomo, yang di prakarsai oleh tokoh muda kita sebut saja, Soetomo dan Goenawan Mangoen Kusumo, kemudian selang beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 1928, kaum muda mengguncang sejarah dengan mendeklarasikan Sumpah Pemuda, sebuah manifesto yang heroik, dimana seluruh organisasi pemuda se- nusantara berkumpul dan mengikrarkan tiga sumpah yang sekarang kita kenal dengan Sumpah Pemuda.

Alur sejarah pun terus berlanjut sampai dengan tahun 1998 bersamaan runtuhnya rezim Orde Baru, dan berganti dengan Era Reformasi. Rentetan sebagian perjalanan sejarah negara ini sangat kental tercium adalah muda negeri ini. Itulah mengapa kaum Muda adalah aset yang tak ternilai harganya, apalagi ditengah-tengah segala gejolak yang di alami bangsa dan tak pernah usai saat ini, maka tampuk harapan ada pada pundak para pemuda. Memang tidak layak jika kita harus membandingkan pemuda zaman sekarang dengan zaman kebangkitan nasional, sumpah pemuda, masa kemerdekaan hingga masa transisi antara Era Orde Baru dan Era Reformasi.

Secara teori psikologi memang menyebutkan bahwa setiap orang yang merasa tertindas akan memberontak dan melawan demi perubahan yang di inginkan, karena jelas pada masa itu negara ini sedang mengalami tekanan dan tindasan yang amat sangat kejam. Tapi seiring berjalannya waktu pada Abad ke 20 ini, warna-warni modernisasi begitu kental terlihat di setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat yang dimana semua kebudayaan yang berasal dari barat, bebas masuk dan dengan cepat dapat menahkodai dan bahkan mampu menjajah kebudayaan asli kita, ini terbukti dengan fakta hampir semua stasiun Televisi Swasta berbondong-bondong menyajikan tontonan yang di adopsi dari budaya barat, tentu saja ini sangat mempengaruhi cara berfikir masyarakat kita terutama para remaja, dampaknya ini merubah segala tatanan kehidupan remaja. Ini dapat dilihat dari cara bergaul hingga cara berpakaian remaja kita sangat jauh menyimpang dari norma kesopanan.

Sederetan revolusi yang menghinggapi para kaum muda itu, maka kita sejenak harus rela mengerucutkan dahi kita. Sebab kini semangat yang terpatri dan menjadi ciri khas pemuda kita seperti semangat patriotis dan membangun, yang dahulu melekat di diri para pemuda kita, seolah-olah tertidur karena asik terbuai dengan budaya yang notabene tidak pantas kita terapkan di negara yang penuh dengan Norma kesopanan ini. Belum lagi jika kita melihat serentetan kasus criminal dan moral yang melibatkan beberapa pioneer pembangunan kita, yang baru-baru ini mengejutkan public. Seperti tawuran antar Mahasiswa, belum lagi sederetan kasus pelecehan seksual, narkoba, HIV-AIDs, yang didalamnya melibatkan generasi muda harapan bangsa ini, patut kita renungkan bersama, sebetulnya ada apa dengan Pemuda kita saat ini?. Sehingga mereka lupa bahwa sebetulnya negara ini bak sebuah kapal yang butuh nahkoda, dan merekalah yang akan menjadi nahkoda negara ini, akan di bawa kemana kapal ini, tergantung seorang nahkodanya?.

Indonesia kini tengah dilanda cobaan yang tak kunjung usai, persoalan yang di rasakan Indonesia kini sangat berkaitan, baik dalam bidang Ekonomi, Politik, Birokrasi, dan budaya. Persoalan ini layaknya benang yang kusut yang tidak tahu di mana ujungnya?. Untuk mengurainya tentu perlu kejelian, dan kebesaran hati yang di lumuti Rasa Cinta Tanah Air, dan jiwa seorang negarawan. Di masa krisis inilah, peran pemuda sangat di butuhkan untuk mengurai permasalahan demi permasalahan yang mendera bangsa ini. Seperti apa yang di lakukan di masa-masa sebelumnya, di mana pemuda menjadi pioneer dalam penyelesaian permasalahan yang di alami Bangsa ini. Pemudalah yang menjadi the agents of change, dalam setiap alur peradaban bangsa ini, apakah menjadi lebih baik atau sebaliknya.

Sejatinya Perubahan tidak bisa kita tunggu tetapi harus kita kejar, dan sudah selayaknya setiap perjuangan membutuhkan kerja keras, dan di butuhkan kapabilitas, dan jangan pernah merasa âbelagaâ hebatâ, kita harus tunjukan dahulu prestasi kita baik dari segi intelektual, dan kematangan emosi . Lupakanlah sejenak tentang ke glamoran modernisasi, globalisasi dan sebagainya. Lupakan pertikaian antar sesama dengan tujuan yang tidak jelas. Asahlah kemampuan emosional, seperti kemampuan membawa diri, kemampuan bergaul dengan sesama, kemampuan membaca akar permasalahan, kemampuan untuk menelorkan gagasan atas sebuah permasalahan, Agar kita tidak menjadi budak dari budaya modernisasi yang di prakarsai oleh budaya barat. Sebentar lagi kita akan merayakan hari Sumpah pemuda (28 oktober), marilah kita resapi dan maknai hari sumpah pemuda, sebagai langkah awal menuju generasi muda yang tangguh yang mampu mempertahankan kebesaran negeri ini. Berdirilah pemuda di garda yang paling depan dalam Pembangunan Negeri ini! Kibar kan lah Merah Putih di Langit yang Paling Tinggi! PEMUDA!. 

APA MAKNA SUMPAH PEMUDA BAGI  PEMUDA SAAT INI DAN BAGAIMANA KONDISI YANG TERJADI SAAT INI. 

Dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda itu, seluruh organisasi pergerakan yang ada di Tanah Air harus mengacu pada hasil Sumpah Pemuda 1928.
Bagi bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda ini juga merupakan entry point menuju pintu gerbang kemerdekaan Indonesia 1945. Sumpah pemuda tersebut telah menjadikan adanya kesamaan keinginan untuk merdeka dari cengkraman penjajah.
Oleh karena itu, sangatlah tepat bahwa Sumpah Pemuda itu menjadi fondasi dasar tercapainya Kemerdekaan Indonesia. Seberapa besarkah kita masih mengingat peristiwa Sumpah Pemuda, khususnya di kalangan generasi muda sekarang?
Mungkin bagi mereka yang sudah dewasa masih mengingat bagaimana cerita perjuangan hingga pahlawan kita bisa melahirkan Hari Sumpah Pemuda. Tidak hanya cerita, di sekolah pun dalam pelajaran sejarah dikupas secara mendalam, bahkan isi dari Sumpah Pemuda itu wajib dihapalkan oleh setiap siswa.
Namun saat ini generasi muda bangsa ini justru melupakan makna Sumpah Pemuda itu. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang ditunjukkan para pemuda 83 tahun yang lalu sudah tidak tergambarkan saat ini. Aksi tawuran yang sering terjadi banyak melibatkan kalangan generasi muda.
Yang lebih miris lagi, aksi tawuran ini dilakukan oleh kalangan pelajar dan mahasiswa, yang notabene tulang punggung negeri ini. Tidak hanya terjadi di Jakarta, aksi tawuran ini juga terjadi di kota-kota lainnya di Indonesia.
Masyarakat di mana pun sudah pasti gerah melihat aksi tawuran pelajar, mahasiswa, atau siapapun juga. Mahasiswa seharusnya memiliki intelektualitas yang tinggi sehingga tidak perlu menyelesaikan masalah dengan tawuran. Perilaku tawuran mereka itu sama saja berarti mereka mempelajarinya di bangku kuliah selain pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Entah apa yang menjadi pemicunya sehingga mereka bisa berbuat seperti itu? Jawabannya memang klise, hal ini akibat dari perkembangan jaman, dan perkembangan jaman itu juga berdampak pada perkembangan pola pikir.
Tapi, apakah pola pikir itu serta merta juga membuat generasi muda di negeri ini melupakan nilai-nilai sejarah? Diyakini generasi muda saat ini banyak yang tidak tahu jika kita menanyakan siapa saja tokoh yang terlibat pada sumpah pemuda 83 tahun yang lalu.


Menyikapi permasalahan ini, sudah selayaknya kita meminta kepada kalangan generasi muda agar nilai-nilai Sumpah Pemuda harus terus dihayati, dalam menghadapi berbagai persoalan nasional maupun internasional.
Sumpah Pemuda diwujudkan untuk menyatukan satu rasa tanggung jawab dan kebersamaan pemuda untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara.
Oleh karena itu, generasi muda diminta untuk terus memegang kemurnian Sumpah Pemuda sebagai alat pemersatu Bangsa. Di sisi lain, sekolah juga harus ikut bertanggung jawab guna menjaga kemurnian Sumpah Pemuda, dengan mengamalkan sifat cinta Tanah Air. Kondisi saat ini yang terjadi masih saja para pemuda lupa dengan dengan sumpahnya sebagai pemuda Indonesia yang berbudi luhur. Masih saj ada anarkisme dimana-mana dan terorisme. Entah sampai kapan para pemuda sadar akan sumpahnya sendiri yang telah ada sejak kemerdekaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar