Peran pemuda jelas sudah tidak dapat
dibantah lagi, apalagi dalam runtutan sejarah bangsa ini. Sejak Zaman
kerajaan dahulu, kita sudah mengenal sosok Pangeran Dipenogoro, yang
baru berusia 16 tahun telah ikut berperang, kemudian Hayam Wuruk, yang
masih belia sudah memimpin Kerajaan Majapahit, hingga masuk abad ke-19,
ketika itu kita mengenal momen Kebangkitan Nasional bersamaan
didirikannya Budi Utomo, yang di prakarsai oleh tokoh muda kita sebut
saja, Soetomo dan Goenawan Mangoen Kusumo, kemudian selang beberapa
tahun kemudian tepatnya tahun 1928, kaum muda mengguncang sejarah dengan
mendeklarasikan Sumpah Pemuda, sebuah manifesto yang heroik, dimana
seluruh organisasi pemuda se- nusantara berkumpul dan mengikrarkan tiga
sumpah yang sekarang kita kenal dengan Sumpah Pemuda.
Alur
sejarah pun terus berlanjut sampai dengan tahun 1998 bersamaan runtuhnya
rezim Orde Baru, dan berganti dengan Era Reformasi. Rentetan sebagian
perjalanan sejarah negara ini sangat kental tercium adalah muda negeri
ini. Itulah mengapa kaum Muda adalah aset yang tak ternilai harganya,
apalagi ditengah-tengah segala gejolak yang di alami bangsa dan tak
pernah usai saat ini, maka tampuk harapan ada pada pundak para pemuda.
Memang tidak layak jika kita harus membandingkan pemuda zaman sekarang
dengan zaman kebangkitan nasional, sumpah pemuda, masa kemerdekaan
hingga masa transisi antara Era Orde Baru dan Era Reformasi.
Secara teori psikologi memang menyebutkan bahwa setiap orang yang merasa
tertindas akan memberontak dan melawan demi perubahan yang di inginkan,
karena jelas pada masa itu negara ini sedang mengalami tekanan dan
tindasan yang amat sangat kejam. Tapi seiring berjalannya waktu pada
Abad ke 20 ini, warna-warni modernisasi begitu kental terlihat di setiap
sendi-sendi kehidupan masyarakat yang dimana semua kebudayaan yang
berasal dari barat, bebas masuk dan dengan cepat dapat menahkodai dan
bahkan mampu menjajah kebudayaan asli kita, ini terbukti dengan fakta
hampir semua stasiun Televisi Swasta berbondong-bondong menyajikan
tontonan yang di adopsi dari budaya barat, tentu saja ini sangat
mempengaruhi cara berfikir masyarakat kita terutama para remaja,
dampaknya ini merubah segala tatanan kehidupan remaja. Ini dapat dilihat
dari cara bergaul hingga cara berpakaian remaja kita sangat jauh
menyimpang dari norma kesopanan.
Sederetan revolusi yang
menghinggapi para kaum muda itu, maka kita sejenak harus rela
mengerucutkan dahi kita. Sebab kini semangat yang terpatri dan menjadi
ciri khas pemuda kita seperti semangat patriotis dan membangun, yang
dahulu melekat di diri para pemuda kita, seolah-olah tertidur karena
asik terbuai dengan budaya yang notabene tidak pantas kita terapkan di
negara yang penuh dengan Norma kesopanan ini. Belum lagi jika kita
melihat serentetan kasus criminal dan moral yang melibatkan beberapa
pioneer pembangunan kita, yang baru-baru ini mengejutkan public. Seperti
tawuran antar Mahasiswa, belum lagi sederetan kasus pelecehan seksual,
narkoba, HIV-AIDs, yang didalamnya melibatkan generasi muda harapan
bangsa ini, patut kita renungkan bersama, sebetulnya ada apa dengan
Pemuda kita saat ini?. Sehingga mereka lupa bahwa sebetulnya negara ini
bak sebuah kapal yang butuh nahkoda, dan merekalah yang akan menjadi
nahkoda negara ini, akan di bawa kemana kapal ini, tergantung seorang
nahkodanya?.
Indonesia kini tengah dilanda cobaan yang tak
kunjung usai, persoalan yang di rasakan Indonesia kini sangat berkaitan,
baik dalam bidang Ekonomi, Politik, Birokrasi, dan budaya. Persoalan
ini layaknya benang yang kusut yang tidak tahu di mana ujungnya?. Untuk
mengurainya tentu perlu kejelian, dan kebesaran hati yang di lumuti Rasa
Cinta Tanah Air, dan jiwa seorang negarawan. Di masa krisis inilah,
peran pemuda sangat di butuhkan untuk mengurai permasalahan demi
permasalahan yang mendera bangsa ini. Seperti apa yang di lakukan di
masa-masa sebelumnya, di mana pemuda menjadi pioneer dalam penyelesaian
permasalahan yang di alami Bangsa ini. Pemudalah yang menjadi the agents
of change, dalam setiap alur peradaban bangsa ini, apakah menjadi lebih
baik atau sebaliknya.
Sejatinya Perubahan tidak bisa kita
tunggu tetapi harus kita kejar, dan sudah selayaknya setiap perjuangan
membutuhkan kerja keras, dan di butuhkan kapabilitas, dan jangan pernah
merasa âbelagaâ hebatâ, kita harus tunjukan dahulu prestasi kita baik
dari segi intelektual, dan kematangan emosi . Lupakanlah sejenak tentang
ke glamoran modernisasi, globalisasi dan sebagainya. Lupakan pertikaian
antar sesama dengan tujuan yang tidak jelas. Asahlah kemampuan
emosional, seperti kemampuan membawa diri, kemampuan bergaul dengan
sesama, kemampuan membaca akar permasalahan, kemampuan untuk menelorkan
gagasan atas sebuah permasalahan, Agar kita tidak menjadi budak dari
budaya modernisasi yang di prakarsai oleh budaya barat. Sebentar lagi
kita akan merayakan hari Sumpah pemuda (28 oktober), marilah kita resapi
dan maknai hari sumpah pemuda, sebagai langkah awal menuju generasi
muda yang tangguh yang mampu mempertahankan kebesaran negeri ini.
Berdirilah pemuda di garda yang paling depan dalam Pembangunan Negeri
ini! Kibar kan lah Merah Putih di Langit yang Paling Tinggi! PEMUDA!.
APA MAKNA SUMPAH PEMUDA BAGI PEMUDA SAAT INI DAN BAGAIMANA KONDISI YANG TERJADI SAAT INI.
Dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda itu, seluruh organisasi pergerakan
yang ada di Tanah Air harus mengacu pada hasil Sumpah Pemuda 1928.
Bagi
bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda ini juga merupakan entry point menuju
pintu gerbang kemerdekaan Indonesia 1945. Sumpah pemuda tersebut telah
menjadikan adanya kesamaan keinginan untuk merdeka dari cengkraman
penjajah.
Oleh karena itu, sangatlah tepat bahwa Sumpah Pemuda itu
menjadi fondasi dasar tercapainya Kemerdekaan Indonesia. Seberapa
besarkah kita masih mengingat peristiwa Sumpah Pemuda, khususnya di
kalangan generasi muda sekarang?
Mungkin bagi mereka yang sudah
dewasa masih mengingat bagaimana cerita perjuangan hingga pahlawan kita
bisa melahirkan Hari Sumpah Pemuda. Tidak hanya cerita, di sekolah pun
dalam pelajaran sejarah dikupas secara mendalam, bahkan isi dari Sumpah
Pemuda itu wajib dihapalkan oleh setiap siswa.
Namun saat ini
generasi muda bangsa ini justru melupakan makna Sumpah Pemuda itu.
Nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang ditunjukkan para pemuda 83 tahun
yang lalu sudah tidak tergambarkan saat ini. Aksi tawuran yang sering
terjadi banyak melibatkan kalangan generasi muda.
Yang lebih miris
lagi, aksi tawuran ini dilakukan oleh kalangan pelajar dan mahasiswa,
yang notabene tulang punggung negeri ini. Tidak hanya terjadi di
Jakarta, aksi tawuran ini juga terjadi di kota-kota lainnya di
Indonesia.
Masyarakat di mana pun sudah pasti gerah melihat aksi
tawuran pelajar, mahasiswa, atau siapapun juga. Mahasiswa seharusnya
memiliki intelektualitas yang tinggi sehingga tidak perlu menyelesaikan
masalah dengan tawuran. Perilaku tawuran mereka itu sama saja berarti
mereka mempelajarinya di bangku kuliah selain pengetahuan-pengetahuan
yang lain.
Entah apa yang menjadi pemicunya sehingga mereka bisa
berbuat seperti itu? Jawabannya memang klise, hal ini akibat dari
perkembangan jaman, dan perkembangan jaman itu juga berdampak pada
perkembangan pola pikir.
Tapi, apakah pola pikir itu serta merta
juga membuat generasi muda di negeri ini melupakan nilai-nilai sejarah?
Diyakini generasi muda saat ini banyak yang tidak tahu jika kita
menanyakan siapa saja tokoh yang terlibat pada sumpah pemuda 83 tahun
yang lalu.
Menyikapi permasalahan ini, sudah selayaknya kita
meminta kepada kalangan generasi muda agar nilai-nilai Sumpah Pemuda
harus terus dihayati, dalam menghadapi berbagai persoalan nasional
maupun internasional.
Sumpah Pemuda diwujudkan untuk menyatukan
satu rasa tanggung jawab dan kebersamaan pemuda untuk mewujudkan
cita-cita bangsa dan negara.
Oleh karena itu, generasi muda
diminta untuk terus memegang kemurnian Sumpah Pemuda sebagai alat
pemersatu Bangsa. Di sisi lain, sekolah juga harus ikut bertanggung
jawab guna menjaga kemurnian Sumpah Pemuda, dengan mengamalkan sifat
cinta Tanah Air. Kondisi saat ini yang terjadi masih saja para pemuda lupa dengan dengan sumpahnya sebagai pemuda Indonesia yang berbudi luhur. Masih saj ada anarkisme dimana-mana dan terorisme. Entah sampai kapan para pemuda sadar akan sumpahnya sendiri yang telah ada sejak kemerdekaan.